"Jangan menuntut peristiwa terjadi sesuai keinginanmu, tetapi inginkan hidup terjadi apa adanya, dan jalanmu akan baik adanya."
Apa yang terlintas dibenak anda setelah membaca kutipan quote di atas? Tidakkah anda termotivasi untuk mulai mencintai apa yang anda miliki saat ini.
Kutipan tersebut berasal dari Epictetus, seorang filsuf asal Yunani, dalam bukunya yang berjudul Discourses. Dari quote tersebut dia ingin mengajak kita untuk mencintai hidup yang sedang kita jalani, menerima setiap peristiwa yang terjadi dan tidak menuntut peristiwa lain yang belum terjadi.
Disisi lain quote tersebut menunjukkan kecendrungan manusia yang sering menuntut banyak hal dalam hidup sehingga sulit untuk menikmati apa yang mereka miliki saat ini. Kecendrungan manusia untuk menuntut banyak hal dalam hidup sering kali menghalangi kemampuan mereka untuk benar-benar menikmati apa yang mereka miliki saat ini. Quote tersebut mengungkapkan bahwa manusia cenderung terus-menerus mencari kepuasan dan kebahagiaan di luar diri mereka sendiri, dan mereka selalu merasa ada sesuatu yang kurang dalam hidup mereka. Mereka seringkali terjebak dalam siklus tidak pernah puas, selalu mengejar hal-hal baru, lebih baik, atau lebih banyak.
Hal ini dapat mengarah pada ketidakbahagiaan dan ketidakpuasan yang konstan. Sebaliknya, jika seseorang belajar untuk menghargai dan bersyukur atas apa yang mereka miliki saat ini, mereka dapat menemukan kepuasan yang sejati dalam hidup. Menghargai saat ini dan melihat keindahan dalam hal-hal sederhana dapat membantu mengubah persepsi manusia tentang kebahagiaan.
Dengan mempraktikkan rasa syukur dan kesadaran akan apa yang ada di sekitar mereka, manusia dapat menemukan kegembiraan dalam hal-hal kecil dan menghargai nilai dari apa yang mereka miliki saat ini. Ini tidak berarti kita tidak boleh bercita-cita atau berusaha lebih baik, tetapi perlu diingat bahwa menikmati dan bersyukur atas apa yang telah kita capai sejauh ini juga merupakan bagian penting dari hidup yang memuaskan. Dengan mengubah paradigma kita tentang keberhasilan dan kebahagiaan, kita dapat menemukan kedamaian dalam diri kita sendiri dan menikmati setiap langkah perjalanan hidup yang sedang kita tempuh.
Selain menghargai apa yang kita miliki saat ini, konsep Amor Fati juga relevan dalam konteks ini. Amor Fati, yang dalam bahasa Latin berarti "cinta pada takdir," adalah filosofi yang diajukan oleh filsuf Friedrich Nietzsche. Filosofi ini mendorong manusia untuk menerima dengan penuh kasih sayang segala sesuatu yang terjadi dalam hidup mereka, baik suka maupun duka, sebagai bagian integral dari takdir mereka.
Dalam konteks kecendrungan manusia yang sering menuntut banyak hal dalam hidup, Amor Fati mengajarkan pentingnya menerima dan merangkul segala keadaan dengan penuh keberanian dan cinta. Sebaliknya, jika kita terus-menerus mengeluh dan merasa tidak puas dengan apa yang kita miliki atau situasi yang kita hadapi, kita akan kehilangan keseimbangan mental dan tidak dapat menikmati kebahagiaan sejati.
Dengan menganut prinsip Amor Fati, manusia dapat mengubah paradigma mereka tentang kebahagiaan dan hidup yang memuaskan. Mereka dapat mengembangkan kemampuan untuk melihat keindahan dalam setiap momen, baik itu kegembiraan atau kesulitan, dan mengambil hikmah dari setiap pengalaman.
Amor Fati juga membebaskan kita dari beban ketakutan dan kecemasan akan masa depan. Dengan menerima takdir kita dengan penuh cinta, kita menghilangkan rasa kecewa dan penyesalan terhadap masa lalu, serta kekhawatiran yang berlebihan terhadap apa yang akan datang. Kita belajar untuk hidup dalam momen sekarang dan membuat yang terbaik dari situasi yang ada.
Dalam kesimpulannya, menghargai apa yang kita miliki saat ini dan menganut filosofi Amor Fati adalah kunci untuk menikmati hidup dengan lebih penuh. Dengan mengalihkan fokus kita dari keinginan yang tidak terbatas dan selalu mengejar yang baru, kita dapat menemukan kepuasan dalam setiap aspek hidup kita dan menerima takdir kita dengan cinta yang tulus. Dalam prosesnya, kita dapat menemukan kedamaian batin dan kebahagiaan sejati yang tidak tergantung pada situasi atau hal-hal eksternal.
Kak Solihan
Seorang mahasiswa master di University Sultan Zainal Abidin, Malaysia. Saat ini menjabat sebagai ketua Persatuan Pelajar Indonesia Kampus Unisza periode 2023/2024.